KARENA YESUS YANG MEMULAINYA TERLEBIH DAHULU

27/07/2011 18:17

"KARENA YESUS YANG MEMULAINYA TERLEBIH DAHULU", kalimat yang sering diucapkan orang Kristen.  Kalimat tersebut begitu besar artinya bagi saya.  Saya belajar dari seorang teman yang  mengalami secara langsung   suatu peristiwa penting dikehidupan sehari-hari meskipun terjadi secara tidak sengaja. Ia selalu menjaga persekutuannya dengan Tuhan,  itulah yang saya lihat dalam kehidupan sehari-hari.  Teman saya ini mempunyai karakter yang baik dan saya tidak punya alasan mengolok-olokkannya dengan menyebut fanatik seperti kebiasaan buruk saya selama ini.  Saya menghormatinya dan sering   bertanya," Mengapa karakter itu penting?" .  Jawabannya sederhana dan mencengangkan ," Iman yang menghubungkan Tuhan dengan manusia tetapi karakter yang menghubungkan manusia dengan manusia.  Tidak cukup mempuyai hubungan yang baik dengan Tuhan saja selama kita hidup didunia".  Saya sering merenungkan kembali peristiwa yang telah dialami teman ini  dan yakin seyakin-yakinnya bahwa Tuhan  Yesus juga melakukan hal yang sama kepada saya maupun orang lain .  Hanya dalam banyak hal saya kurang peka dan terkadang cuek dibandingkan dengan orang lain.

Saya harap cerita berikut  dapat membantu  untuk mengerti arti kalimat,"KARENA YESUS YANG MEMULAINYA TERLEBIH DAHULU".  Inilah peristiwa  yang terjadi pada teman saya, Rangga.

Saya bekerja diperusahaan swasta tepatnya dibagian mesin. Orang mengatakan memperbaiki mesin sulit dikarenakan mesin bekerja berdasarkan urutannya dan sistimnya rumit dan terdiri dari beberapa bagian (kami sebut station) . Satu bagian berhenti berarti semua bagian lainnya berhenti . Tetapi percayalah menghadapi mesin masih jauh lebih mudah daripada menghadapi manusia. Bila mesin berhenti beberapa hari karena seseorang melakukan kesalahan dan divisi kami tidak dapat memperbaikinya, masih ada konsultan yang membantu  menyelesaikannya dalam waktu singkat. Tetapi bila berhubungan dengan manusia dan terjadi kesalahan, bisa jadi masalah terbawa-bawa selama sebulan, dua bulan...setahun.lima tahun kedepan ..bahkan seumur hidup.

Disetiap perusahaan ada bermacam-macam tipe orang yang harus dihadapi, mulai dari  tipe lurus, tipe usil yang suka ngerjai orang, tipe yang suka memburuk-burukkan rekannya bahkan ada yang mau mengorbankan orang lain demi kemajuan pribadi. Semua perusahaan mempunyai tipe-tipe pekerja ini dan saya mengetahuinya karena  sudah pernah beberapa kali pindah kerja dikarenakan sulit menghadapi orang.

Diperusahaan terakhir saya belajar berkomunikasi dengan semua tipe karyawan. Saya juga berdoa pada Tuhan Yesus agar mereka  berubah, terutama yang sifatnya kurang baik. Hasilnya sedikit sekali yang berubah dan sayalah yang harus berubah pada akhirnya.

Budiman demikian namanya. Semua orang tidak menyukainya dan sudah menjadi bahan cerita sesama rekan. Ngomong-ngomong saya juga salah satu yang menceritakan keburukannya . Budiman pintar bersilat lidah, inilah kata yang tepat bila ia mulai megadu domba orang (istilah kami). Ia cepat melapor kepada atasan dengan membelokkan cerita sebenarnya. Saya pribadi mempunyai ungkapan khusus untuknya," Jangankan melihat , mendengar suaranya saja semangat kerja sudah hilang" dan semua teman-teman membenarkannya. Senyumnya merekah, suaranya lembut membujuk saat meminta tolong dan begitu muncul masalah, dimulailah proses cuci tangan dengan menuduh rekan kerja satu tim penyebabnya. Saat disapa lebih sering mendengus sambil membuang muka. Hampir semua orang (kecuali atasan tentunya) terintimidasi, direndahkan dan hampir tidak pernah dihargai bila saling bekerjasama . Rasanya persis seperti seseorang yang ditipu mentah-mentah berulang-ulang ketika bekerja satu grup dengannya. Bagi saya hal ini sangat mengganggu, terlebih  bila mengingat saya sering bekerjasama dengannya meskipun kami berbeda divisi.

Suatu ketika sedang diadakan tes material untuk menentukan layak tidaknya material  dipakai. Ia meminta langsung kepada saya supaya mesin diberhentikan. Pertikaian  tidak dapat dihindarkan.  Ditengah kejengkelan, saya mengatakan bahwa saya tidak keberatan sepanjang atasan saya menyetujuinya. Ia langsung mengancam akan memberitahu atasan saya dan saya langsung menelepon atasan saya. Hasilnya memang tidak ada informasi akan ada pengetesan. Dengan mendongkol ia meminta ijin kepada atasan saya supaya material dapat ditest tetapi tidak diijinkan. Saya lega, puas dan paling tidak skor satu kosong untuk saya. Meskipun begitu kejengkelan terhadapnya tidak surut dan ini sangat mempengaruhi kinerja saya yang pada akhirnya menjadi buruk.

Dua minggu terakhir saya tidak tenang membaca Alkitab, sudah dua minggu juga saya tidak tenang berdiam diri dihadapan Tuhan sambil berdoa. . "Sapa Budiman ", demikianlah sebuah suara mengatakan dikepala saya setiap pagi saat bersekutu dengan Tuhan. Penyebabnya pasti Budiman lagi . Setelah direnungkan lebih dalam, saya menyimpulkan penyebabnya saya yang tidak dapat memaafkan Budiman. Saya membiarkan luka menganga setiap hari. Jika masalah ini dibiarkan terus menerus tanpa diselesaikan , sudah pasti akan mengganggu pekerjaan dan memang benar. Kehidupan saya selama hari-hari itu benar-benar kacau dan ada perasaan tertekan.

Menyapa Budiman adalah cara yang paling baik untuk memulai persahabatan tetapi saya enggan menyapa terlebih dahulu . Tidak adil rasanya, hampir semua rekan-rekan tidak menyukai Budiman dan terlalu banyak yang dilukainya termasuk saya. Mengapa bersusah payah memulai persahabatan baru?

Tetapi suara, "Sapa Budiman " setiap pagi terus mengganggu saat bersekutu denganNya. Hati seperti ditusuk, badan rasanya berat sekali dan pikiran tidak lagi berkonsentrasi saat membaca Alkitab maupun berdiam diri sambil berdoa. Saya tetap enggan menyapa Budiman , tidak adil melakukannya. Budiman yang menyakiti saya Tuhan demikian saya mengeraskan hati selama berhari-hari.

Beberapa hari mengeraskan diri menyebabkan persekutuan dengan Tuhan dilakukan secara terpaksa. Bentuk penyiksaan lain lagi guman batin saya. Tetapi saya paksakan juga dan sekali ini saat suara itu berkata, "Sapa Budiman ".Saya tidak tahan lagi dan hati berteriak ,"KENAPA SAYA HARUS MENYAPANYA, TUHAN!". Pada saat itulah saya merasa damai, tenang dan tidak dimarahi atau dituduh Tuhan dan saya tahu entah bagaimana hadiratNya hadir pagi itu.

Selesai bersekutu dengan Tuhan, saya bingung dan terkejut. "Mengapa Tuhan hadir meskipun saya belum menyapa Budiman?".
"Mengapa Tuhan tidak marah?".
"Mengapa Ia hadir saat saya tidak layak menerimanya? Mengapa Ia hadir saat saya enggan memaafkan Budiman" Semua pertanyaan memukul saya lebih telak lagi. Sepanjang pagi merupakan hari yang harus dijalani dengan beban bertambah berat lagi.

Melalui pergumulan berat dan menyerah, sebuah pertanyaan tulus dan jujur muncul dihati , "Saya belum menyapa Budiman dan Engkau hadir dipagi hari. Mengapa, Tuhan?"

Tiba-tiba sebuah pemikiran muncul begitu saja,"Jika Tuhan tidak hadir terlebih dahulu, engkau tidak akan mau bersekutu dengan Tuhan lagi", inilah pukulan telak berikutnya yang harus saya terima. Disaat bersamaan saya juga mengerti sejelas-jelasnya kalimat "Sapa Budiman ". Artinya sangat sederhana, saya harus menyapa Budiman karena saya harus terlebih dahulu menyapanya, persis seperti yang Tuhan lakukan pada saya saat Ia hadir dipagi itu. Saya gembira sekali, menangis dan meminta maaf atas kesalahan saya terhadap Budiman kepada Tuhan secara spontan dan beban yang selama ini menghimpit saya terangkat. Akhirnya ada keinginan dan tekad untuk menyapa Budiman.

Hati saya sudah bulat untuk menyapa Budiman, esok paginya saya bertemu di lift. Dengan hati berdebar-debar disertai rasa malu, saya menyapa sambil tersenyum tulus. Tetapi yang saya terima adalah sebuah dengusan dan ia membuang muka. Sedih dan kembali sangat terpukul . "Mengapa balasannya hinaan lagi, Tuhan ? " teriak batin saya. Sangat mengecilkan hati menerima penghinaan meskipun menerima perintah Tuhan untuk menyapa Budiman. Didalam keputus asaan saya hanya berkata," Apa yang Kau perintahkan sudah dilakukan, Tuhan. Yang terbaik telah kulakukan", dan saya berjanji untuk tidak memendam dendam lagi.

Keesokan harinya kami berpapasan lagi dan ajaib ia tersenyum dan begitulah selanjutnya kami berpapasan sambil tersenyum bahkan bila tidak tersenyum kami tidak mempunyai pandangan saling melukai lagi . Perlahan-lahan saya mulai menghormati dan belajar untuk tidak menyinggung hal-hal yang dapat melukainya atau menimbulkan pertikaian. Bila ada salah pengertian, saya akan menjelaskan apa adanya dan ia bisa menerima duduk persoalannya.

Dua tahun setelah peristiwa ini, saya tidak bekerjasama dengan Budiman. Budiman sudah pindah ke divisi lain di dalam perusahaan kami. Tuhan tidak merubah Budiman, Tuhan mengubah saya dan Budiman masih tetap seperti yang lalu-lalu. Saya tidak memikirkan peritiwa ini lagi, semua sudah selesai.

Tahun ketiga setelah kejadian , saat istirahat siang kami bertemu di area rest room (ruang istirahat). Hanya kami berdua dan ia kelihatan tertekan. Saya diam aja karena tahu ia sedang ada masalah. Secara emosi dan tidak sengaja ia mengatakan," Sukar sekali bekerja dengan tim-tim yang lain. Mereka mau enaknya saja, sulit menerima masukan dan mau menang sendiri". Saya terus berdiam diri dan ia mengeluarkan seluruh keluh kesahnya. Akhirnya ia terdiam dan saya tidak berani memberi komentar. " Hanya dengan bapak saya dapat bekerja sama dengan baik , dengan yang lain susah. Sayang, kerjasama yang telah kita lakukan tidak dapat dilakukan digrup saya sekarang". Saya terdiam dan terkejut mendengar komentar Budiman yang sangat mencengangkan.

Sampai saat ini saya selalu merenungkan peristiwa yang dialami Rangga. "Jika Tuhan tidak hadir terlebih dahulu, engkau tidak akan mau bersekutu dengan Tuhan lagi", selalu terngiang ditelinga hanya dalam pengertian yang berbeda. Saya mengartikan kalimat "Jika Tuhan tidak hadir terlebih dahulu, engkau tidak akan mau bersekutu dengan Tuhan lagi" dengan kalimat "KARENA YESUS YANG MEMULAINYA TERLEBIH DAHULU" karena lebih mudah saya memahaminya . Kalimat ini selalu menyejukkan perasaan saya serta memberi damai. Tuhan juga bisa membujuk dan memberi semangat dengan caranya yang khas. Tuhan juga melakukannya kepada saya dengan cara yang berbeda, meskipun dalam beberapa kesempatan saya kurang bahkan tidak peka sama sekali. Saya perlu belajar lebih peka lagi.

Disaat benar-benar tertekan, putus asa tiba-tiba merasa damai dan ingin berdoa. Disaat diri tertuduh karena kesalahan dan masa lalu tiba-tiba ada kerinduan untuk meminta ampun kepadaNya dan berjanji merubah kelakuan.
Disaat kemarahan hampir mencapai puncak tiba-tiba suasana begitu damai dan mengingatkan kembali untuk memikirkan apakah yang akan saya lakukan sudah benar?
Disaat jenuh membaca Alkitab tiba-tiba muncul ayat Alkitab dikepala dan saya mengerti artinya.
Disaat semua jalan telah buntu tiba-tiba saya mendapat ide atas masalah tersebut.
Disaat berhenti berdoa tiba-tiba muncul keinginan untuk berdoa bahkan doa yang telah saya lupakan dijawabNya dan banyak peristiwa lain. Merupakan cara lain Tuhan mengatakan , "Karena Yesus yang memulainya terlebih dahulu".

"KARENA YESUS YANG MEMULAINYA TERLEBIH DAHULU" dan dilakukanNya dengan cara sederhana, sudah banyak membantu saya dalam menghadapi permasalahan yang sulit, menghindarkan saya dari sikap masa boboh, mengubah karakter saya (meski belum semuanya) bahkan menyelamatkan nyawa saya. Sering saya malu sendiri , Tuhan harus mengulangi mujizat sederhana ini sebelum saya berubah ataupun masalah saya terpecahkan. Tetapi juga saya merasa senang Tuhan memperhatikan saya dan menerima apa adanya. Paling tidak saya mengerti apa artinya punya Yesus yang peduli!

Saya percaya Ia melakukannya kepada orang lain. Apakah seseorang mengerti atau tidak adalah masalah kedua. Masalah pertama adalah Ia melakukan mujizat sederhana bahkan sangat sederhana . Ia melakukan mujizat lebih banyak dari yang dipikirkan orang melalui : "KARENA YESUS YANG MEMULAINYA TERLEBIH DAHULU".

 

Penulis : Andiko Trikasi (tarigle1@yahoo.com)